Oleh : Abdul Qodir Qudus
Persepsi orang memang berbeda-beda dengan istilah “calon legislatif” lebih familiar orang menyebut “caleg”, bisa jadi orang memberikan interpretasi dan paradigma yang berbeda sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki.
Mungkin saja persepsi orang akademisi (terdidik) berbeda dengan orang awam, boleh jadi persepsi politikus berbeda dengan poliandre atau strata social lainnya. Interpretasi tentang caleg itu tidak akan mengurangi substansi dari caleg itu sendiri. Pengertian tentang caleg ini kita titikkan sampai disini, biarkan orang yang membaca tulisan ini punya kesimpulan sendiri.Beberapa hari yang lalu saya menulis tentang “kalau ingin bahagia jangan jadi politisi” dalam tulisan itu saya hanya berpesan bahwa politisi itu banyak musuhnya, lagi-lagi dia terjerat kasus besar korupsi misalnya, maka penyesalan yang muncul. Jika para politisi tahu bahwa kelak dia akan kenak kasus korupsi atau kasus yang lain boleh jadi mereka akan memundurkan diri dari pencalonan legislatif, tetapi itu adalah rahasia Ilahi, bahwa apa yang terjadi hari esok kita tidak tahu. Akhirnya berlomba-lomba untuk jadi legislatif, karena bagi mereka jadi caleg itu cepat kaya, bagaimana tidak??? gajinya perbulan Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupian) ditambah lagi dengan penghasilan tidak tetap, boleh jadi lebih banyak ceperannya ketimbang gajinya. Itulah fakta yang ada saya tidak mengada-ada, karena saya punya data yang bisa dipertanggungjawabkan.
Legislatif memang menjajikan orang menjadi kaya mendadak, akhirnya banyak orang mau jadi caleg dan banyak juga wakil rakyat yang terjerat kasus TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi). Kenapa saya katakana bahwa banyak orang ingin jadi caleg??? Kita bisa melihat dan mendengar dengan mata telanjang dan kuping terbuka tatkala mereka berkampanye, pasti mereka obral janji dengan iming-iming bantuan sembako, pendidikan gratis, kesehatan gratis, dan masih banyak janji-janji palsu yang dilontarkan. Gaya orang yang menjajikan dengan jumlah besar itu kan orang kaya, tapi hakikatnya mereka miskin, akhirnya masyarakat yang jadi korban.
Akibat system demokrasi yang diterapkan di Indonesia, banyak yang ngemgombal. Betul apa yang dikatakan Socrates; “Negara yang menerapkan sistem demokrasi akan melahirkan banyak kebohongan”. Kebohongan yang dibungkus dengan kharismatik. Lagi-lagi ada orang yang sudah punya pekerjaan mapan akhirnya jadi korban demokrasi. Plato mengatakan; “sistem demokrasi sama halnya dengan pembodohan rakyat” bagaimana tidak masyarakat suruh memilih wakilnya di pemerintahan sementera rakyat tidak tahu kapabilitas wakilnya, itukan namanya membeli kucing dalam karung.
Bagi guru, buruh, dan petani belum tentu mendapatkan uang 15 juta /bulan, sekalipun sudah kerja keras berangkat pagi pulang malam, tetap aja segitu, sementara mereka (caleg.red) enak duduk di kursi empuk tanpa ada beban, lupa dengan janjinya dulu. Begitulah realita yang ada, tetapi tetap saja masyarakat miskin. Lanjut Prof. Mahfud dalam orasi ilmiahnya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, beliau mengatakan; “tidak akan bahagia orang yang menumpukkan kekayaan dengan kebohongan” . Semakin banyak yang dijanjikan maka akan semakin miskin negeri ini, buktinya masih banyak lembaga pendidikan Indonesia yang tak berdaya, masih banyak orang miskin tak bisa berobat, masih banyak anak-anak yang kurang gizi, dan masih banyak pula pengangguran…..terdidik!!! bahkan orang miskin dilarang sakit dan orang miskin dilarang sekolah, ini semua adalah akibat dari system demokrasi yang tak bermartabat.
Mobil mewah melintas dengan plat merah, lagi-lagi penjabat yang lewat, sapa tidak, salam tidak, semua kendaraan di jalan minggir, ada pejabat Negara yang lewat. Lagi-lagi yang berkuasa siapa??? rakyat, presiden, gubernur, bupati, DPR atau malah binatang buas di hutan sana.
Pembahasan masalah caleg tidak akan pernah tuntas sampai kiamat sekalipun, karena unik dan misterius; “sudah tahu itu racum, tetap diminum”. Paradigma dan argumentasi insan mentermenologikan “caleg” dalam perspektif klasik dan kontemporer akan berbeda-beda. Untuk itu demokrasi bagi siapapun untuk menginterpretasi tulisan ini; “kalau ingin cepat kaya, ya harus jadi caleg”. Semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam bi al-Showab.
Comments :
0 komentar to “CALEG; JALAN PINTAS MENUJU KAYA”
Posting Komentar