Minggu, 08 Februari 2009

Obsesi Meraup Dollar di Surga Kepulauan

Kawasan kepulauan Sumenep, yang terdiri dari 126 pulau, dikenal sebagai kawasan pulau yang indah, molek dan kaya dengan berbagai potensi alamnya. Jaraknya dengan pulau Bali yang dekat, menginspirasikan menjadikan kawasan wisata kepualauan. Saat ini, baru sebagian potensi migas yang gali, itupun jumlahnya tak bantak. Upaya apa yang tengah dilakukan Pemkab Sumenep untuk meningkatkan kemanfaatan anugerah tersebut.
Decak kagum terhadap keindahan alam Sumenep, khususnya di sejumlah pulau di sekitar Pulau Sapeken, membuat banyak wisatawan dan pengelola biro perjalanan wisata, gregetan. Sebab keindahan alam di sejumlah pulau yang tak berpenduduk, sangat eksotis. Jika gugusan pulau seribu di wilayah Jakarta, sudah menjadi kekaguman banyak wisatawan, pulau - pulau di sekitar wilayah Sumenep, jauh lebih indah.
Menurut Direktur Remote Destinations, Leksmono Santoso, salah seorang pengusaha biro perjalanan wisata asal Jakarta, mengungkapkan, dari hasil perjalanannya di beberapa kepulauan di Sumenep, khususnya seputar gugusan kepulauan Sapeken, ternyata keindahan Pulau Seribu, belum ada apa-apanya dibandingkan dengan beberapa pulau milik Kabupaten Sumenep. Ia lalu melukiskan, bahwa ada beberapa pulau kosong, dekat dengan pulau Bali, ternyata alamnya sangat indah dan masih perawan.
“Saya belum pernah menjumpai pulau seindah yang saya temukan di Sapeken,“ ujar Leksmono Santoso, ketika ditemui di Pantai Lombang, saat memandu 70 wisatawan asal Canada dan beberapa negara lainnya. Menurutnya, salah satu kelebihan pulau –pulau di Sapeken, bibir pantainya, masih terdapat terumbu karang yang masih utuh dan airnya jernih.
Sejumlah ikan hias, yang kerap menjadi hiasan akuarium masyarakat metropolitan, bisa disaksikan tanpa harus menyelam kedasar laut. Padahal laut yang ‘memamerkan’ keindahannya tepat di bibir pantai, sudah jarang ditemui. Disamping itu, sejumlah pulau yang ia kunjungi, hingga kini belum punya nama dan tidak berpenghuni, sehingga sangat memungkinkan menjadi tujuan wisatawan manca negara.
“Kalau pulau ini dibangun, maka resiko masalah sosial bisa ditekan, sebab jauh dari pemukiman penduduk, sehingga menjadi ‘syurga’ bagi wisman,“ ujarnya. Menurut pria yang malang melintang dalam mencari lokasi wisata yang dikehendaki wisman itu, kelebihan lain pulau tersebut, jaraknya satu sama lainnya sangat berdekatan, hanya sekitar satu kilo meter. Sehingga mempermudah wisman untuk berkunjung ke pulau yang dikehendaki.
Sisi lainnya yang tergolong istimewa, di salah satu pulau tersebut, ombaknya cukup besar, sehingga sangat cocok untuk kegiatan berselancar bagi wisman. Sebab, lanjut pria tampan itu, salah satu sarat sebagai kawasan wisata laut, adalah ombak untuk kegiatan berselancar. “Saya menilai, kawasan itu sangat komplit untuk kunjungan wisman,“ paparnya. Sayangnya, lanjut Leksmono, lokasi pulau yang tak berpenghuni itu, tidak memiliki fasilitas apa pun, sehingga sangat menyulitkan wisatawan.
Padahal, jika fasilitas di pulau itu sangat memadai, wisman akan berani membayar berapa pun untuk meneguk keindahan alam. Ia sangat, yakin, jika Pemkab Sumenep berani melakukan investasi di kepulauan tersebut, niscaya akan mendapat keuntungan besar di berbagai sektor usaha, baik bagi masyarakat ataupun bagi pemkab.
“Sumenep tidak hanya punya ladang migas yang bertebaran di gususan pulaunya. Namun juga ladang “emas” dari keindahan alamnya,“ tuturnya. Sayangnya, Pemkab Sumenep masih tergiur memasarkan dari hasil tambangnya. Padahal tambang migas terbatas waktunya. Sementara sektor wisata tidak mengenal jangka waktu dan selalu berkembang.
Ia tak bisa membayangkan kemakmuran yang akan dirasakan masyarakat kepulauan, jika kawasan wisata manca negara di gugusan Kepulauan Sapeken bisa terwujud. Sebab, berkaca dari wisata Bali, kendati dua kali di bombardir dengan ledakan bom maut, namun tak menyurutkan wisman datang ke Bali. Dalam setahun, jutaan dollar tumpah di bumi para dewa itu dan ribuan wisman datang tak pernah berhenti.
Investasi Besar Kepala Bappeda Sumenep, Ir H Sungkono Sidik Msi SSos, tidak membantah atas kekayaan alam dan keindahanya di sejumlah Pulau Sapeken dan sekitarnya. Ia mengaku telah melakukan survey atas pulau tersebut dan melakukan pemetaan kemungkinan lainya, baik aspek sosial budaya dan sisi nilai ekonomi.
“Kalau kita mahu melakukan investasi di pulau tersebut, Insya Allah kita bakal untung,“ ujar Ir H Sungkono Sidik Msi SSos. Namun membangun kegiatan pariwisata di kepulauan, sangat besar investasi yang harus ditanam. Sebab pulau-pulau kosong itu, harus dibangun berbagai sarananya. Ia menilai kegiatan tersebut sangat padat investasi, dari mulai perencanaan, pembangunan sarana dan transportasinya.
Menurut mantan Kadis PU Binamarga itu, beberapa kali pihaknya telah mengadakan seminar dan symposium masalah wisata kepulauan dengan pakar parawisata dan sejumlah tokoh masyarakat kepulauan. Mereka memahami, bahwa sektor pariwisata akan mendongkrak perekomomian masyarakat kepulauan, yang selama ini sangat tertinggal dengan saudaranya yang berada di Sumenep daratan.
Sebab selama ini, kelebihan alam kepulauan, dari hasil lautnya, tidak bisa dipasarkan secara cepat, tanpa dibebani biaya transportasi, sehingga menghambat produksi mereka. Mereka juga menyadari, jika ada kegiatan wisata di sekitar Pulau Sapeken, maka akan menghidupkan berbagai sektor usaha, tidak hanya masalah perikanan, tapi juga sektor usaha lainnya. Sebab masyarakat Sapeken terkenal ulet dalam bidang usaha yang terkait dengan pariwisata. Terbukti di Bali, masyarakat yang mayoritas keturunan Suku Bugis itu, menguasai bisnis souvenir yang bahannya terbuat dari kekayaan laut Sapeken dan mengalahkan masyarakat Bali.
”Artinya , mereka telah menunjukkan mental pebisnis yang tangguh. Di Bali, banyak warga Sapeken yang menjadi kaya raya karena bisnis souvenir,“ paparnya. Ia sangat yakin, jika pembangunan tempat wisata kepulauan didukung banyak pihak, maka akan menggairahkan perekomian masyarakat kepulauan. Hanya saja diakui oleh mantan Asisten Pembangunan dan Keuangan Pemkab Sumenep itu, masyarakat kepulauan memiliki tingkat kepekaan yang cukup tinggi, terhadap berbagai masalah pariwisata.
Karena seperti masyarakat Madura umumnya, hal-hal yang berbau minuman keras, prostitusi, judi dan bikini, sangat ditolak keras. Karena mereka menganggap aib dan bisa mendatangkan bencana bagi masyarakat di sekitarnya. Ia berharap, jika ada kesepakatan banyak pihak, maka proyek besar tersebut bisa dilaksanakan. Karena persoalan biaya masih bisa tercover dalam APBD Sumenep dan bantuan pemerintah pusat. “ Kalau semua sepakat, saya siap bekerja keras dan mensejahterahkan masyarakat sekitarnya,“ imbuhnya.
Anggota Komisi D DPRD Sumenep, K A Wasiel SAg, ternyata sangat hati-hati menanggapi idea pembangunan kawasan wisata kepulauan. Namun politisi asal PPP Sumenep itu, tidak membantah, bahwa kepulauan sangat cocok untuk dijadikan kawasan wisman. Karena disamping lokasinya yang jauh dari penduduk, pulau itu selama ini dibiarkan ‘terlantar’ dan tak tersentuh pembangunan.
Sehingga perlu dilakukan upaya keras, agar bisa mendatangkan dollar di lokasi tersebut. Sebab jika pulau itu digarap secara serius, maka akan menjadi kawasan internasional dan bisa meningkatkan kesejahtraan warga sekitarnya.
“Kami memang menunggu ide cemerlang eksekutif dan kami siap mendukung,“ ujar K A Wasiel SAg. Ia mengakui, bahwa untuk membangun kawasan wisata yang bertaraf internasional, tidak sedikit resiko yang harus dihadapi. Untuk itu, wakil sekretaris DPC PPP Sumenep itu berharap, agar Bappeda melakukan survey dan dialog dengan tokoh masyarakat sekitarnya, sehingga tidak terjadi gesekan yang menimbulkan keresahan. “Sebenarnya membangun apapun, pasti berisiko. Tapi pilih resiko yang terkecil,“ ungkapnya.
Ia mengusulkan, jika memang kawasan wisata internasional itu dibuka, harus di awali dengan konsep, bahwa kawasan itu, sebagai kawasan khusus, dimana tidak setiap warga setempat bisa keluar masuk pulau tersebut, tanpa ada tujuan yang jelas. Ia juga berharap, agar wisman yang akan masuk ke pulau, tetap bersikap sopan dan menghargai adat istiadat warga sekitarnya. Konsep pemikiran ini, diyakini akan diterima masyarakat sekitarnya, apalagi, pulau yang akan dijadikan pulau wisata, jaraknya sangat jauh dengan pulau yang berpenduduk.
Tokoh Masyarakat Sapeken, H Syaukani, tidak membantah rencana besar pemda yang akan membangun kawasan wisata di kepulauan. Ia beberapa kali mendapat undangan dari Pemkab Sumenep, untuk berdiskusi rencana pembukaan kawasan wisata di pulau kosong.
“Saya mendukung rencana itu, tapi dengan berbagai syarat,“ ujar H Syaukani. Diantara syarat yang diajukannya adalah, turis tidak boleh berbikini di lokasi pulau yang berpenduduk dan harus menghormati adat istidat masyarakat setempat. Sebab seperti di Bali, tidak disemua tempat turis bisa berbikini. Ia juga berharap, agar kawasan itu, tidak berarti bebas sebebas - bebasnya, misalnya tidak boleh ada perjudian atau prostitusi yang dilegalkan.
Sebab kendati perzinaan dan perjudian bisa terjadi dimana tempat. Namun jika di legalkan, akan berdampak cukup parah bagi mental masyarakat. Pria keturunan Daeng itu, kini tengah menunggu konsep pemkab, tentang pariwisata yang akan dibangun di pulau kosong, karena pada prinsipnya masyarakat kepulauan, tidak menolak mentah-mentah pariwisata manca negara, jika mendapatkan informasi yang jelas dari pemkab.
“Kami tidak menolak semua yang berbau pariwisata, jika aturannya jelas, kami pasti menerima,“ ungkapnya. Jika perlu, lanjut guru agama itu, dibuat peraturan daerah yang memuat tata cara kegiatan pariwisata kepulauan di Sapeken. Setidaknya, perda tersebut memuat ketentuan, agar wisman tidak bisa berbuat senonoh, di luar lingkungan wisata yang ditetapkan,“ pintanya.(far)

Comments :

0 komentar to “Obsesi Meraup Dollar di Surga Kepulauan”