Sabtu, 17 Januari 2009

BENARKAH HIMAS BERASASKAN ISLAM ???


Oleh : Abdul Qodir Qudus

Pendahuluan
Islam adalah agama tauhid yang mengajarkan kebaikan dan kemungkaran, artinya menyeru kepada ma’ruf dan mencegah pada kemungkaran. Islam; agama penyempurna yang Allah turunkan sebagai agama yang terakhir, selain itu Allah akan menolaknya. Kompliks dan sistematisnya ajaran Islam ini yang diabadikan dalam satu mushaf (al-Qur’an) tentunya sebagai hudan (petunjuk) bagi hambanya, tentunya bagi kaum muslimin di seluruh penjuru muka bumi ini dan hadits Rasulullah sebagai pedoman kedua seteleh al-Qur’an.

Seiring dengan perkembangannya, setelah manusia berusaha memahami teks-teks al-Qur’an dan hadits tersebut muncullah tokoh-tokoh ahli tafsir terkemuka sebut saja Ibnu Katsir, al-Maraghi, al-Manar, sampailah ke Indonesia Quraish Shihab dengan tafsirnya al-Misbah yang terdiri dari belasan jilid. Perkembangan berikutnya tidak hanya terhenti sampai disitu, tetapi ajaran Islam yang tekstual itu kemudian banyak ditafsirkan oleh manusia kemudian membuat aliran baru yang sempat menjadi perbincangan hangat di media cetak maupun elektronik di Negara Indonesia. Itu semua adalah akibat dari menafsirkan al-Qur’an dengan pendekatan aksiologi, epistemology dan ontologynya yang mengarah kepada memahami al-Qur’an secara kontekstual tetapi terjebak dengan pemahaman yang kerdil, akhirnya muslim mayoritas yang militant (kaffah) tentunya mengklaim bahwa itu aliran sesat yang harus dihentikan karena bertentangan dengan ajaran Rasulullah dan perintah al-Qur’an.

Islam & Organisasi
Islam sebagai agama; sebagaimana pendapat Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj bahwa belajar agama harus dipahami secara kontekstual. Pak Said Aqil pada cerita selanjutnya ingin menyampaikan bahwa belajar agama harus totalitas, bukan hanya dalam tataran teori tetapi lebih pada praktek, sehingga Islam dikenal sebagai agama mengayomi berbagai aspek kehidupan, bukan hanya sekedar teks yang mati yang berputar hanya dalam tataran wacana dan teori ansih.
Islam mengajarkan aturan bermain dalam hidup dan kehidupan manusia, tentunya manusia sebagai pelaku sejarah yang mengetahui urusan dunia dan sifat kemanusiaan mempunyai banyak keinginan yang keinginan itu tidak akan terlepas dari masalah sampailah aturan itu kepada bagaimana mengatur jama’ah dan kelompok sehingga tetap rukun, bersatu dan makmur.
Rasulullah memberikan spirit untuk umatnya; “jika kamu ingin kuat/menang, maka kamu harus berjama’ah, dan tidak cukup hanya dengan jama’ah tetapi harus ikhlas”.
Makna berjama’ah disini adalah membuat organisasi, kelompok, paguyuban, himpunan, asosiasi, dan sebagainya tentunya visi dan misinya adalah mengarah kepada ajaran Islam secara totalitas, bukan hanya sekedar label; bunyi tanpa suara.
Setiap individu muslim di dunia, pasti mempunyai paguyuban dalam kehidupan bermasyarakat, terlalu jauh saya mengambil contoh dari Negara tentangga, Negara Indonesia sendiri sudah banyak organisasi dan himpunan yang didirikan, mulai dari organisasi pemuda sampai pada organisasi ketua (maksudnya orang tua), kalau kebetulan yang mendirikan orang muslim pasti asas organisasinya Islam, kalau agama yang lain mendirikan tentu pula punya asas tersendiri yang mempunyai makna filosofis terhadap agama yang dianutnya, tentunya perjuangan, tindak-tanduk, perbuatan dan sebagainya tidak akan menyimpang dari ajaran agamanya.
Contoh besar saja partai politik; selama yang mendirikan itu orang Islam-Nasionalis maka asasnya adalah Islam ditambah embel-embel nasionalis, tetapi kalau partainya sudah kelihatan dari nama dan lambangnya berbau Islam tentunya bisa kita katakan bahwa asas partainya adalah Islam, itu pasti dan tidak bisa di pungkiri. Terus bagaimana dengan perilaku dan perbuatan pengurusnya yang kebetulan duduk sebagai dewan, bisa kita tebak sendiri. Lain halnya lagi dengan organisasi-organisasi kemudaan dan ketuaan yang lain, sebut saja organisasi yang didirikan oleh mahasiswa di kampus. Mulai dari organisasi intra sampai pada ekstra kampus, mulai dari paguyuban kelas sampai pada paguyuban daerah dan sampailah pada topic pembahasan kita Himpunan Mahasiswa Kecamatan Sapeken yang disingkat HIMAS.

Himas & Islam
Apakah ada hubungan antara Himas dan Islam ? tentu ada, karena Himas didirikan oleh individu-individu muslim sejati, tentunya himas harus berasaskan Islam (ini harga mati) siapapun yang mengganti asasnya dengan alasan apapun maka tidak akan diterima, karena ini asas (flatforn); tempat pijakan; landasan hidup. Gerakan Himas atas dasar Islam, benarkah begitu ? perlu penjelasan lebih lanjut.
Tentunya sudah banyak tulisan dan artikel teman-teman Himas yang lain membahas masalah asas ini dengan berbagai macam pendekatan dan pisau analisis yang berbeda, tetapi saya juga akan menganalisis menggunakan alat analisis yang lain yang nanti dijadikan sebagai rekomendasi untuk kongres Himas selanjutnya.
Himas itu adalah himpunan bukan gerakan; kita bedakan antara himpunan dengan pergerakan, di dalam organisasi mahasiswa ada PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) ada juga HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) tanpa Indonesia, dua organisasi mahasiswa mempunyai asas, arah perjuangan, program kerja, paradigma organisasi, tentunya dua organisasi mahasiswa itu akan bergerak di atas rel-rel paradigma organisasi dengan berasaskan Islam tentunya. Kemudian bagaimana dengan Himpunan Mahasiswa Kecamatan Sapeken (HIMAS) yang berasaskan Islam, sudah mampukah Islam dijadikan sebagai asas, atau jangan-jangan Islam sebagai asas hanya “teks mati” yang tertuang dalam AD/ART. Selamat berjuang kawan semoga perjuangan ini tidak terhenti sampai disini, tetapi tulisan ini harus saya akhiri. Semoga ada manfaatnya.


Penutup
Benarkah HIMAS berasaskan Islam ???
Danakan ku memon….selamat berjuang, jangan sia-siakan orang yang merindukan kalian, kelak nanti kalian datang dengan membawa cahaya, menjadi cahaya dalam kegelapan (minhadz)
“Bila tidak mampu mengubah keadaan dengan tindakan, maka ubahlah dengan tulisan”

Wallahu a’lam bi al-Showab

Comments :

0 komentar to “BENARKAH HIMAS BERASASKAN ISLAM ???”